Kampung Arab, Sejarah Awal Islam di Manado

Kampung Arab

Kampung Arab Kampung Arab

Perkembangan Islam di Manado awalnya berasal dari saudagar dan ulama asal Yaman.

Di Manado, Sulawesi Utara, kantong-kantong umat Islam terutama terletak di Kampung Arab, Kampung Islam, Kampung Ketang Baru, dan Kampung Ternate Baru. Namun, yang paling ramai adalah Kampung Arab, Kelurahan Istiqlal.

“Bicara perkembangan Islam di Manado, awalnya berkembang dari Kampung Arab. Para penganjur Islam tersebut adalah saudagar dan ulama asal Yaman (Hadramaut). Mereka datang ke Manado tahun 1800-an untuk berdagang sekaligus berdakwah,” ujar mantan Ketua Al Irsyad Wilayah Sulawesi Utara Abdul Azis Wakid kepada Republika.

Kampung Arab merupakan mercu suar Islam di Manado. Di kampung ini, aktivitas umat Islam sangat semarak. Pusat kegiatan itu adalah Masjid Istiqlal, yang berada di tengah-tengah Kampung Arab.

“Setiap hari, masjid ini dipakai untuk sholat berjamaah lima waktu, dari subuh sampai isya,” ujar Ustadz Taha bin Muhammad Bahmid, imam Masjid Istiqlal, saat berbincang.

Ditinjau dari luas wilayah, Kampung Arab relatif kecil. Luasnya hanya 9,2 hektare. “Kampung Arab merupakan kelurahan yang paling kecil di kota Manado, tapi paling besar gaung Islamnya. Masjid Istiqlal merupakan masjid yang paling makmur di Manado,” kata Taha yang didampingi imam lainnya, Haji Ali Assegaf.

Taha menyebutkan, Kampung Arab dihuni sekitar 400 kepala keluarga (KK). Jumlah penduduknya sekitar 3.000 orang. Meskipun namanya Kampung Arab, tidak semuanya merupakan orang-orang keturunan Hadramaut (Arab). Ada juga sebagian orang keturunan non-Arab yang kini tinggal di kelurahan tersebut.

“Saat ini hanya 70 persen orang keturunan Arab yang mendiami Kelurahan Istiqlal,” ujarnya.

Kampung Arab telah melahirkan orang-orang besar dalam pergerakan Islam di Sulawesi Utara (Sulut). “Pimpinan-pimpinan Masyumi, NU, Muhammadiyah di Sulut umumnya berasal dari Kampung Arab,” ujar Taha yang merupakan generasi ketiga saudagar dan ulama asal Hadramaut di Manado.

Ali Assegaf mengatakan, pusat kegiatan umat Islam di Kelurahan Istiqlal berada di Masjid Istiqlal (dulu disebut Masjid Masyhur). “Masjid Masyhur adalah masjid terindah di Manado, bahkan terindah di Indonesia Bagian Timur. Masjid itu dibangun dengan swadaya masyarakat” katanya.

Masjid tersebut, kata dia, berdiri sekitar tahun 1880. Renovasi terakhir tahun 1988, masjid tersebut dibongkar total. “Menurut riwayat, awalnya luas masjid tersebut 16 meter persegi, sekarang menjadi empat lantai dengan kapasitas 2.000 orang,” ujarnya.

Masjid Istiqlal diresmikan Wapres Try Sutrisno pada 1992. Selain merupakan masjid yang paling semarak kegiatan Islamnya, Masjid Istiqlal bertambah harum karena pernah disinggahi banyak sekali tokoh besar.

“Buya Hamka, Kasman Singodimedjo, Muhammad Room, Muhammad Natsir, Amien Rais, Yusril Ihza Mahendra, Salim Al Jufri, Zainuddin MZ, pernah sholat di Masjid Istiqlal,” ungkap Ali Assegaff.

Kepedulian warga Kampung Arab terhadap umat Islam di Manado sangat besar. Mereka selalu berusaha menolong saudara-saudaranya seagama yang membutuhkan. Untuk itu, mereka antara lain membentuk Yayasan Amal Masjid Istiqlal Manado (YAMIM). Yayasan tersebut bergerak di bidang sosial dan ekonomi. Salah satunya adalah usaha mobil ambulans yang ditujukan membantu warga Muslim Manado yang membutuhkan.

Suasana Islam di Manado makin terasa kental pada hari raya Idul Fitri. Pada hari kedua ada tradisi yang namanya iwad. “Ini merupakan silaturahim langsung masyarakat door to door. Tidak pandang bulu, siapa pun dia, pokoknya 400 rumah harus dimasuki. Acara tersebut berlangsung dari pukul 07.00 sampai pukul 14.00. Tradisi ini hanya ada di Kampung Arab,” ujar Taha.

Source Republica

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *